Berikut ini kami sampaikan "tata cara" menambah Lokasi Masjid didalam Aplikasi Ayo Ke Masjid. Untuk mendapatkan aplikasi Ayo Ke Masjid silahkan unduh via google play store
Bagaimana Menambah Lokasi Masjid dalam Aplikasi AyoKeMASJID
1) Buka Aplikasi AyoKeMASJID. Tekan Menu, akan tampil menu sbb.
2) Klik Tambah Masjid.
3) Setelah klik tambah Masjid, maka akan muncul halaman peta dengan header Tambah Masjid.
4) Lalu tekan tombol Zoom Posisi, kita akan dibawa keposisi zoom ini, ditandai dengan kursor warna biru.
5) Lalu tekan/ klik dot biru tersebut di posisi Masjid yang diinginkan, maka akan muncul tanda balon merah.
6) Selanjutnya Klik Balon Merah tersebut maka akan muncul form isian, selanjutnya klik tombol New.
7) Selanjutnya akan keluar ID Record dan masukan data masjid yang diinginkan, setelah selesai tekan tombol save.
8) Setelah tekan Save, akan muncul pesan "add successfully".
9) Submit data Masjid selesai, dan bisa dicek dimenu lokasi Masjid.
Aplikasi AyoKeMASJID sering disingkat dengan AKM adalah aplikasi yang memberikan pelayanan seputar Masjid yaitu seperti Peta Masjid, Jadwal Kegiatan, Jadwal Shalat, Masjid Finder, Artikel, serta Donasi.
Aplikasi yang digagas oleh Jaringan Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia (JPRMI) ini ditujukan bagi umat Islam pengguna smart phone android untuk seluruh usia, dengan coverage Nasional.
Aplikasi AyoKeMASJID sebagai aplikasi gratis dan diharapkan menjadi pilihan umat Islam didalam smart phonenya. Kedepannya akan dikembangkan menu untuk pembayaran dan pembelian pribadi seperti pulsa, token listrik, tagihan PLN dan lain sebagainya.
Diharapkan aplikasi ini juga memberikan manfaat finansial bagi pengguna dan organisasi.
Mari Sohib/Sohibah sekalian buat yang belum instal aplikasi ini segera instal/pasang di android sohib/sohibah sekalian agar bermanfaat untuk kita semua..
Silahkan Cari disearc Play Store dengan kata kunci "Ayo Ke Masjid" dan Instal/Pasang....
"Aplikasi AyoKeMASJID wajib dimiliki seorang muslim, karena aplikasi ini sangat membantu mencari tahu letak Masjid, kegiatan Masjid, serta membantu informasi kemasjidan"
Masya Allah … Aula itu
rata benderang disiram cahaya lampu. Seorang remaja yang baru saja menjalani
tes hafalan quran di depan para ulama tanah suci, bergegas turun dari bangku
dan meninggalkan panggung. Seorang ulama yang menjadi juri kemudian memanggil
"Musa Laudi Abu Hanafi min Indonesia..."
Seorang bocah langsung berjalan menuju panggung. Saat melihat
Musa, bocah kecil itu, seorang panitia menghampiri dan menuntunnya dengan dua
tangan, seolah takut bocah itu terjatuh.
Berjalan menuju deretan para juri yang sudah sepuh-sepuh,
Musa tampak tegang. Dia menoleh ke belakang melihat ke arah deretan tamu.
Seketika senyumnya mengembang. Senyum anak-anak.
Langkahnya lebih pasti. Dia ambil kertas di depan meja dan
diserahkan ke juri. Sang panitia masih menuntunnya menuju kursi peserta lomba
hafalan Quran dunia yang digelar di Jeddah, 2014 lalu.
Kaki kursi itu masih lebih tinggi ketimbang kaki Musa, yang
usianya masih belum genap 6 tahun. Belum lagi jenak duduknya dia melirik lagi
ke arah tamu mencari-cari.
Rupanya dia mencari ayahnya diantara deretan tamu. Sang ayah
segera bergeser mencari tempat duduk yang bisa terlihat langsung dari tempat
duduk Musa. "Saat itu tempat duduk saya terhalangi dekorasi panggung, jadi
saya bergeser," kata Hanafi, ayah Musa mengenang kejadian itu.
Dari kertas yang ada di tangan, juri membacakan sebuah
penggalan ayat dari Kitab Suci Al Quran..., lalu berhenti. Musa diminta
melanjutkan. Si bocah itu melanjutkan dengan suara cadelnya secara lancar. Juri
kembali membacakan surat yang lain. Kali ini Musa pun bisa melanjutkan tanpa
kesulitan.
Bukan cuma dua kali, beberapa surat dari juz yang berbeda
ternyata bisa dilibas dengan aman oleh Musa. Juri terperangah. Kagum. Sedangkan
penonton ada yang tersenyum manggut-manggut meresapi lantuan ayat-ayat Alquran
yang dibacakan Musa. Juri tak ragu lagi. Bocah asal Bangka Belitung, Indonesia
itu dipastikan hafal 30 juz dalam Al Quran tanpa terkecuali.
Dari
jarak 50 meter di depan panggung, ayah Musa yang sehari-harinya menjadi petani,
justru terlihat tegang saat penampilan putra sulungnya itu.
"Saat dipanggil maju memang gugup. Karena ia tidak bisa
jauh dari saya. Ketika dituntun panitia ke panggung, ia selalu menengok melihat
saya. Jadi saya berusaha agar terlihat dia terus. Agar dia tenang.
Alhamdulillah, ia berhasil menyelesaikan hafalan dengan baik," kata Hanafi
menceritakan peristiwa membanggakan itu kepada Dream, Rabu 29 Juli 2015.
Juri sepakat memberikan nilai istimewa, 90.83 dari angka 100
yang menjadi nilai sempurna. Musa memang hanya menempati peringkat 12 diantara
25 remaja lain yang menjadi peserta. Menurut juri, Musa kalah dari sisi
penilaian makhroj (lafal), karena masih cadel. Tapi dari segi hafalan, Musa
memang istimewa.
Menurut sang ayah yang berprofesi sebagai petani, Musa saat
tampil sedikit kelelahan, karena ia tetap menjalani puasa Ramadan. Sedangkan
peserta lain rata-rata memilih tidak saum. "Tapi Musa tetap mau berpuasa.
Jadi mungkin ia agak capek," ujar Hanafi yang juga guru mengaji.
Kata Hanafi, putranya tidak rewel saat berada di Jeddah
selama 12 hari. Meski sang ibu, Yulianti, tidak ikut mendampingi ke sana.
Sebelum tanding, sulung dari tiga bersaudara ini terus latihan mengasah
kemampuan hafalannya. Cuaca terik tak mengendurkan semangat Musa. Dan hasilnya,
luar biasa!
Kemampuan ajaib Musa rupanya 'menyihir' para ulama Negeri
Petro Dolar itu. Mereka sekeluarga diminta tetap tinggal di sana. Tetapi Hanafi
menolak. Sebab, keluarga Musa lebih kerasan tinggal di negeri sendiri.
Banyak
Orang Meneteskan Air Mata
Sekembali ke Tanah Air, Musa kian sohor. Sebelumnya, ia sudah
jadi 'buah bibir' saat ikut lomba menghafal Alquran di salah satu stasiun
televisi nasional. Kala itu, ia baru bisa menghafal 29 juz Alquran.
Tapi aksi Musa sungguh memukau. Juri dan penonton sampai
meneteskan air mata, menangis haru. Bahkan, salah satu juri, Amir Faishol,
pakar tafsir Alquran, spontan melangkah menghampirinya. Juri itu mencium tangan
dan kening Musa.
Tak heran banyak orang makin penasaran dengan kemampuan bocah
yang bercita-cita menjadi pilot. Para orangtua bahkan ingin anaknya seperti
Musa.
Undangan Musa tampil sebagai bintang tamu di berbagai acara
keagamaan serta pengajian datang silih berganti. Tak cuma dalam negeri, tapi
juga negera tetangga, Malaysia.
"Diundang ke Malaysia sepekan setelah pulang dari
Jeddah. Di sana bertemu hafiz yang sudah dewasa. Mereka kagum melihat langsung
kemampuan Musa, karena selama ini cuma bisa liat dari video saja," kata
Hanafi.
Musa tidak terbebani gelar hafiz yang kini disandang.
Sebagaimana layaknya bocah, dia sangat senang manakala disodori mainan. Selalu
bergelayut manja di kaki sang ayah, malu-malu ketika kebanjiran permintaan foto
bersama oleh warga saat menghadiri sebuah acara.
Lazimnya seorang bocah, waktu bermain juga menjadi kebutuhan
yang tak bisa diabaikan. Untuk itu, setiap empat hari, orangtuanya meliburkan
pelajaran menghafal Alquran dan memberi Musa kesempatan bermain seharian.
Saat rehat menghafal, Musa bermain bersama dua adiknya,
Luqman-Hindun serta teman-teman di rumah. Dari main mobil-mobilan, kereta dan
bola. Untuk pendidikan, kMusa disekolah dengan metode homeschooling.
"Sempat dengar ada komentar saya memporsir Musa. Musa
seperti anak seumurannya. Ia tetap diberikan waktu bermain dengan asupan gizi
cukup. Tapi yang terpenting ia selalu belajar agama, terutama Alquran.
Surat
An Naas Diulang Ratusan Kali
Proses Musa menjadi hafiz tidak seperti yang dibayangkan
kebanyakan orang. Sejak usia dua tahun, ia telah diperkenalkan huruf-huruf
hijaiyah. Metodenya sederhana. Sang ayah hanya menempel satu atau dua huruf
hijaiyah di dinding untuk selalu diulang-ulang oleh Musa.
Setelah
Musa hafal, Hanafi mulai memperdengarkan kaset murottal (pembacaan) Alquran.
Setiap kali, ia menyetel kaset tersebut Musa ternyata senang. Sangat antusias
menirukan, kata pria 34 tahun itu mengenang.
Namun saat beranjak usia 3,5 tahun, Musa pernah merasa bosan.
Tak berbeda layaknya anak seumurannya, ia lebih suka bermain dan kadang suka
ngambek.
Musa yang kala itu masih balita selalu menangis saat diajak
mengaji. Namun sang ayah tetap saja memberi Musa pelajaran menghafal Alquran
dengan dibantu oleh penghafal Alquran, Sabilar Rosyad.
Bagian pertama yang diajarkan kepada Musa adalah surat
terakhir Alquran, yakni An Naas. Durasi Musa untuk menghafal Qul a’udzu
birobbinnaas (ayat pertama surat An Naas yang berarti; Katakanlah, aku
berlindung dari Tuhan manusia) butuh setidaknya satu pekan.
Saat berhasil menghafal ayat kedua, Musa lupa bagaimana bunyi
ayat pertamanya, sehingga hafalan harus diulang dari awal. Surat An Naas itu
mungkin bisa ratusan kali diulang oleh ayahnya.
Metode talqin atau membacakan hafalan hanya dilakukan selama
dua tahun dan menghasilkan hafalan dua juz 'saja', juz 30 dan 29. Ayahnya
mengajari Musa menghafal dari belakang, yakni dari juz 30 hingga 18. Kemudian,
dia melanjutkan pelajaran menghafal dari juz 1.
Di usianya yang keempat tahun, Musa sudah bisa membaca
Alquran sehingga proses hafalan jadi lebih ringan dari sebelumnya. Musa mulai
bisa belajar mandiri. Setiap hari ia mampu menghafal 2,5 lebar (5 halaman)
quran dan diperdengarkan di depan ayahnya.
Peran sang ibu, Yulianti juga sangat besar dalam membentuk
Musa sebagai penghafal Alquran dan Hadis. Saban hari Umi Yuli tak pernah
melewatkan waktu mengajar Musa. Padahal, pekerjaan rumah tangga lainnya yang
juga berat tetap dijalani sang bunda.
"Istri saya mengajar Musa tidak pernah luput. Bahkan
lahirnya Musa itu sepulang dari majelis taklim. Itu saking semangatnya istri
saya mengajar Musa," kata Hanafi.
Kedua
orangtua Musa bukanlah hafiz. Mereka juga awalnya tidak yakin putranya mampu.
Namun, dia dan sang istri memantapkan niat untuk menjadikan Musa seorang hafiz,
karena Musa memiliki daya ingat sangat kuat.
"Insya Allah saya dan istri bertekad menjaga Musa agar
tetap bisa konsisten. Agar Musa bisa bermanfaat untuk agama Islam dan umat
Islam," kata pria berusia 34 tahun, yang mengaku jika kedua adik Musa juga
mengikut jejak sang kakak sebagai Hafiz.